Felix Y.
Siauw, itulah nama yang diberikan ayah dan ibu Felix ketika kecil. Lahir dan
tumbuh besar sebagai Tiong Hoa di Palembang, Felix beragamakan Khatolik
sebagaimana agama yang ada di lingkungannya saat itu. Tapi dengan agama yang
dianutnya, Felix kecil tidak pernah menemukan kedamaian dalam dirinya. Allah
menjadikannya selalu berfikir tentang ketuhanan sehingga iapun mulai mencari
tuhan lain yang diajarkan agamanya saat itu.
Banyak alasan
yang memicu mengapa Felix berfikir demikian. Yang paling utama adalah kerancuan
ajaran yang diajarkan kepadanya. Salah satu contohnya adalah konsep ketuhanan
trinitas, tiga dalam satu, satu dalam tiga, ada Bapak di Surga, ada manusia di
dunia dan ada roh kudus. “Buat saya konsep trinitas ini sangat memusingkan,
kenapa ada tuhan satu tapi tiga dan tiga tapi satu, jadi kalo tuhan satunya gak
ada dia akan memanggil tuhan lainnya? Lalu dimana kekuatannya sebagai tuhan
jika ia masih membutuhkan pertolongan tuhan lainnya?” Begitu papar Felix
mengenai agamanya terdahulu dengan bersemangat.
Itu hanya satu
dari beberapa alasan yang sangat logik yang Felix terangkan, yang ini tak kalah
pentingnya. “Saya merasa Al-Kitab yang saya pelajari seolah-olah hanya karangan
manusia karena tidak adanya kekonsistenan dari isi yang satu dengan isi yang
lainnya. Pada kitab Injil yang satu mengatakan bahwa Isa dilahirkan pada zaman
Kaisar A dan di kitab Injil lainnya mengatakan bahwa Isa dilahirkan pada zaman
Kaisar B. tidak ada ketetapan didalamnya. Jadi bagaimana saya akan percaya
dengan satu ajaran yang didalamnya tidak dapat ketetapan akan keberadaan tuhan
yang saya sembah.” Felix menambahkan.
“Karancuan
lainnya yang saya temui adalah tuhan berbohong. Ketika Adam dan Hawa disurga,
tuhan mangatakan bahwa ada dua pohon yang tidak boleh dimakan, jika dimakan
maka mereka akan mati. Lalu iblis membisikkan bahwa tuhan hanya tidak mau
tersaingi karena justru jika buah itu dimakan maka ia akan menjadi orang kuat
melebihi tuhan. Lalu Adam dan Hawa memakan buah itu dan mereka tidak mati.
Tuhan berbohong!! Bagaimana mungkin Tuhan bisa berbohong? Untuk apa?
Kepentingan apa yang membuatNya harus berbohong?” Dengan semangat yang membara
Felix menerangkan ketidakpuasan akalnya tentang sesuatu hal yang sangat urgent.
Pada akhirnya
dengan krisis kepercayaan akan tuhan ini, kelas 3 SMP, Felix memutuskan untuk
keluar dari agamanya. Lalu ia mencari Tuhan dengan agama lain seperti Budha dan
Hindu tapi itupun tak membuat akalnya dapat menerima ajaran tersebut sehingga
akhirnya ia menjadi seorang atheis selama lima tahun. Tapi ia memiliki satu
keyakinan dalam dirinya bahwa Tuhan itu ada.
Keyakinannya
itu bukan tanpa alasan, ia melihat sekelilingnya seperti apa yang terjadi pada
Ibrahim. Ia yakin alam semesta ini ada yang menciptakannya, ia juga yakin bahwa
tidak seorangpun dapat menciptakan manusia yang dilahirkan seorang ibu melalui
proses pertemuan ovum didalam Rahimnya, dsb.
Allah akhirnya
menjawab semua kerancuan yang Felix alami di IPB (Institut Pertanian Bogor)
dimana ia menimba ilmunya saat itu. Lingkungan yang berbeda memberikan input
positif kedalam dirinya. Sampai Allah mempertemukannya dengan Bapak Fatih Karim
di tahun keduanya di IPB. Bapak Fatih Karim banyak membantunya dalam
pencariannya akan Tuhan dan mengerucut pada surat Al-Baqarah ayat 23 dan mengarahkan
kepercayaannya akan Tuhan sesungguhnya yang bernama Allah.
“Ini baru kalimat Tuhan, kalimat ini begitu menantang untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan saya akan Tuhan.” Iapun akhirnya bersyahadat pada
bulan Sya’ban 2002.
Ia bersyahadat
selepas Maghrib dan memulai shalat pertamanya pada Isya malam itu juga. Bacaan
yang pertama ia baca adalah kalimatuttayyibah, subhanallah walhamdulillah
walaaillaha illallahu allahuakbar. Selama sepuluh hari Felix hanya mengucapkan
kalimat tayyibbah dalam shalatnya, untuk
memudahkannya ia selalu pergi berjama’ah untuk shalat. Tapi setelah itu ia
dapat mempelajari surat Al-Fatihah dan mulai shalat dengan membaca Ummul
Qur’an, salah satu penentu sah tidaknya shalat seseorang.
Felix masuk
Islam diusianya yang ke 20 dan setelah itu ia tak pernah berhenti
berdakwah. Dakwah pertama yang ia
lakukan pertama kali tentunya pengenalan akan diri dengan tuhannya yang
tentunya tidak akan mudah untuk dijalaninya tapi setelah itu ia berkiprah lebih
luas dengan menjadi motivator dan menerbitkan sebuah buku “Beyond Inspiration”
yang merupakan pengalaman pencarian akan tuhannya yang ia khususkan di bab ke
tiga buku ini. Lalu dakwahnya dilanjutkan dengan melakukan penggalian tentang
salah seorang Kaisar besar dari Persia yang menundukkan kota Konstantinopel dan
lahirlah bukunya yang kedua dengan judul “Muhammad
Al-Fatih 1453” yang laku keras di pasaran. Terakhir bukunya adalah “Habits” yang baru ia terbitkan
berbarengan dengan IBF yang ke 11 tahun lalu. Dakwah yang luar biasa, menuai
pahala yang luar biasa dengan memperkenalkan Al-Fatih yang hampir tidak dikenal
anak-anak muda zaman sekarang.
Ketika ditanya kenapa harus
Al-Fatih yang diusung? Jawabannya adalah karena banyak kesamaan antara Al-Fatih
dengan generasi kita. Kita dan Al-Fatih sama-sama hidup jauh dari zaman
Rasulullah sehingga kita tidak dapat melihatnya, wajar jika perjuangan kita
akan lebih keras dari para sahabat karena kita harus mempercayai hal yang kita
tidak dapat melihatnya dengan mata kita sendiri. Tapi ada hal yang unik yang
penulis baca disini, Al-Fatih dan Felix Y. Siaw sama-sama menaklukan dunia di
usianya yang ke 20. Masa Allah!!