Minggu, 10 Februari 2013

Hidayahnya Hadir Melalui Kegelisahan


Felix Y. Siauw, itulah nama yang diberikan ayah dan ibu Felix ketika kecil. Lahir dan tumbuh besar sebagai Tiong Hoa di Palembang, Felix beragamakan Khatolik sebagaimana agama yang ada di lingkungannya saat itu. Tapi dengan agama yang dianutnya, Felix kecil tidak pernah menemukan kedamaian dalam dirinya. Allah menjadikannya selalu berfikir tentang ketuhanan sehingga iapun mulai mencari tuhan lain yang diajarkan agamanya saat itu.
Banyak alasan yang memicu mengapa Felix berfikir demikian. Yang paling utama adalah kerancuan ajaran yang diajarkan kepadanya. Salah satu contohnya adalah konsep ketuhanan trinitas, tiga dalam satu, satu dalam tiga, ada Bapak di Surga, ada manusia di dunia dan ada roh kudus. “Buat saya konsep trinitas ini sangat memusingkan, kenapa ada tuhan satu tapi tiga dan tiga tapi satu, jadi kalo tuhan satunya gak ada dia akan memanggil tuhan lainnya? Lalu dimana kekuatannya sebagai tuhan jika ia masih membutuhkan pertolongan tuhan lainnya?” Begitu papar Felix mengenai agamanya terdahulu dengan bersemangat.
Itu hanya satu dari beberapa alasan yang sangat logik yang Felix terangkan, yang ini tak kalah pentingnya. “Saya merasa Al-Kitab yang saya pelajari seolah-olah hanya karangan manusia karena tidak adanya kekonsistenan dari isi yang satu dengan isi yang lainnya. Pada kitab Injil yang satu mengatakan bahwa Isa dilahirkan pada zaman Kaisar A dan di kitab Injil lainnya mengatakan bahwa Isa dilahirkan pada zaman Kaisar B. tidak ada ketetapan didalamnya. Jadi bagaimana saya akan percaya dengan satu ajaran yang didalamnya tidak dapat ketetapan akan keberadaan tuhan yang saya sembah.” Felix menambahkan.
“Karancuan lainnya yang saya temui adalah tuhan berbohong. Ketika Adam dan Hawa disurga, tuhan mangatakan bahwa ada dua pohon yang tidak boleh dimakan, jika dimakan maka mereka akan mati. Lalu iblis membisikkan bahwa tuhan hanya tidak mau tersaingi karena justru jika buah itu dimakan maka ia akan menjadi orang kuat melebihi tuhan. Lalu Adam dan Hawa memakan buah itu dan mereka tidak mati. Tuhan berbohong!! Bagaimana mungkin Tuhan bisa berbohong? Untuk apa? Kepentingan apa yang membuatNya harus berbohong?” Dengan semangat yang membara Felix menerangkan ketidakpuasan akalnya tentang sesuatu hal yang sangat urgent.
Pada akhirnya dengan krisis kepercayaan akan tuhan ini, kelas 3 SMP, Felix memutuskan untuk keluar dari agamanya. Lalu ia mencari Tuhan dengan agama lain seperti Budha dan Hindu tapi itupun tak membuat akalnya dapat menerima ajaran tersebut sehingga akhirnya ia menjadi seorang atheis selama lima tahun. Tapi ia memiliki satu keyakinan dalam dirinya bahwa Tuhan itu ada.
Keyakinannya itu bukan tanpa alasan, ia melihat sekelilingnya seperti apa yang terjadi pada Ibrahim. Ia yakin alam semesta ini ada yang menciptakannya, ia juga yakin bahwa tidak seorangpun dapat menciptakan manusia yang dilahirkan seorang ibu melalui proses pertemuan ovum didalam Rahimnya, dsb.
Allah akhirnya menjawab semua kerancuan yang Felix alami di IPB (Institut Pertanian Bogor) dimana ia menimba ilmunya saat itu. Lingkungan yang berbeda memberikan input positif kedalam dirinya. Sampai Allah mempertemukannya dengan Bapak Fatih Karim di tahun keduanya di IPB. Bapak Fatih Karim banyak membantunya dalam pencariannya akan Tuhan dan mengerucut pada surat Al-Baqarah ayat 23 dan mengarahkan kepercayaannya akan Tuhan sesungguhnya yang bernama Allah.
“Ini baru kalimat Tuhan, kalimat ini begitu menantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya akan Tuhan.” Iapun akhirnya bersyahadat pada bulan Sya’ban 2002.
Ia bersyahadat selepas Maghrib dan memulai shalat pertamanya pada Isya malam itu juga. Bacaan yang pertama ia baca adalah kalimatuttayyibah, subhanallah walhamdulillah walaaillaha illallahu allahuakbar. Selama sepuluh hari Felix hanya mengucapkan kalimat tayyibbah  dalam shalatnya, untuk memudahkannya ia selalu pergi berjama’ah untuk shalat. Tapi setelah itu ia dapat mempelajari surat Al-Fatihah dan mulai shalat dengan membaca Ummul Qur’an, salah satu penentu sah tidaknya shalat seseorang.
Felix masuk Islam diusianya yang ke 20 dan setelah itu ia tak pernah berhenti berdakwah.  Dakwah pertama yang ia lakukan pertama kali tentunya pengenalan akan diri dengan tuhannya yang tentunya tidak akan mudah untuk dijalaninya tapi setelah itu ia berkiprah lebih luas dengan menjadi motivator dan menerbitkan sebuah buku “Beyond Inspiration” yang merupakan pengalaman pencarian akan tuhannya yang ia khususkan di bab ke tiga buku ini. Lalu dakwahnya dilanjutkan dengan melakukan penggalian tentang salah seorang Kaisar besar dari Persia yang menundukkan kota Konstantinopel dan lahirlah bukunya yang kedua dengan judul “Muhammad Al-Fatih 1453” yang laku keras di pasaran. Terakhir bukunya adalah “Habits” yang baru ia terbitkan berbarengan dengan IBF yang ke 11 tahun lalu. Dakwah yang luar biasa, menuai pahala yang luar biasa dengan memperkenalkan Al-Fatih yang hampir tidak dikenal anak-anak muda zaman sekarang.
Ketika ditanya kenapa harus Al-Fatih yang diusung? Jawabannya adalah karena banyak kesamaan antara Al-Fatih dengan generasi kita. Kita dan Al-Fatih sama-sama hidup jauh dari zaman Rasulullah sehingga kita tidak dapat melihatnya, wajar jika perjuangan kita akan lebih keras dari para sahabat karena kita harus mempercayai hal yang kita tidak dapat melihatnya dengan mata kita sendiri. Tapi ada hal yang unik yang penulis baca disini, Al-Fatih dan Felix Y. Siaw sama-sama menaklukan dunia di usianya yang ke 20. Masa Allah!!